Selasa, 03 Februari 2009

Cinta Maslahat

Oleh Anis Matta

Ini jenis cinta ketiga: cinta maslahat. Cinta ini lahir dari dan karena dan untuk maslahat.

Kita mencintai sesuatu atau seseorang atau sebuah pekerjaan karena ada maslahatyang kita peroteh di balik itu. Jadi maslahat adalah alasannya.Maslahat itu bisa terbatas dalam skala pribadi bisa juga meluas dalam skala kelompok atau bangsa atau bahkan dunia.

Dalam skala pribadi misalnya cinta hobi. Para pembalap atau pemburu menanggung resiko besar dari aktivitas mereka. Tapi mereka melakukannya karena hobi: maslahat mereka adalah kenyamanan karena kepuasan psikologis.

Dalam skala kelompok misalnya cinta para pengusaha kepada pelanggan mereka. Mereka mengeluarkan uang besar untuk melakukan survey tentang kebutuhan pelanggan mereka. Lalu membangun sistem dan tradisi pelayanan yang baik untuk memuaskan pelanggan mereka: karena di balik itu ada untung besar.

Dalam skala bangsa misalnya adalah apa yang dilakukan para politisi untuk mendapatkan dukungan suara rakyat dalam pemilu. Mereka mungkin tidak didorong oleh misi suci ibadah untuk memperbaiki keadaan rakyat mereka. Tapi mereka tetap harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan simpati mereka: kelanjutan karir mereka ada pada dukungan suara mereka.

Dalam skala dunia misalnya gerakan cinta lingkungan yang muncul setelah perang dan industri mengancam keselamatan lingkungan global.

Dalam lingkungan pergaulan sehari-hari, kadang-kadang kita harus “berbuat baik” pada seseorang atau sekelompok orang. Bukan karena kita mencintai orang atau kelompok tersebut. Tapi dengan berbuat baik pada mereka kita melindungi diri kita dari potensi kejahatan mereka. Ini juga cinta maslahat.

Dulu Umar Bin Khattab memberikan sepuluh ribu dirham kepada seorang penyair. Untuk apa? Agar dia tidak membuat syair-syair hinaan kepada siapa saja yang bisa mempengaruhi ketenangan masyarakat. Karena syair punya pengaruh besar dalam masyarakat Arab. Katakanlah seperti pengaruh media dalam masyarakat kita saat ini.

Menghindari kejahatan seseorang dengan berbaik-baik pada mereka adalah cinta maslahat. Bukan cinta misi. Bukan juga cinta jiwa. Pendorongnya bukan dari dalam jiwa. Tapi dari luar.

Hanya berguna untuk keseluruhan eksistensi jiwa dan proses pencapaian misi kita. Kecuali dalam kasus cinta hobi, cinta maslahat umumnya adalah buah dari akal sehat atau hasrat pemuasan jiwa. Akal sehat selalu lahir dari fitrah kemanusiaan yang lurus. Maka buahnya pun begitu: selalu berguna bagi maslahat kemanusiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar